11 Januari 2010

Benteng Kuto Besak (BKB)

Lokasi : Pinggiran Ilir Sungai Musi


Benteng ini dibangun selama 17 tahun (1780-1797 M). Sebagaimana umumnya bangunan benteng pada masa lalu, benteng yang kemudian dikenal dengan nama Benteng Kuto Besak (BKB) ini dibangun di atas pulau. Lahan tempatnya berdiri dikelilingi sungai. Yaitu, Sungai Kapuran (kini, alirannya merupakan bagian Jl. Merdeka, setelah ditimbun Pemerintahan Belanda sekitar tahun 1930-an di bagian utara; Sungai Musi di bagian utara; Sungai Sekanak di bagian barat; dan Sungai Tengkuruk di bagian timur. Seperti halnya Sungai Kapuran, Sungai Tengkuruk juga ditimbun Belanda pada awal 1930-an dan dijadikan sebagai jalan.

Lokasi jalan, yang kemudian dikenal sebagai Jl. Tengkuruk ini (kini menjadi landasan Jembatan Ampera dan sebagian lagi menjadi Jl. Jenderal Sudirman (sebelumnya, Jl. Talang Jawa), ini sempat berfungsi sebagai boulevard. Pada masa Palembang berbentuk Gementee (Kotapraja), Boulevard Tengkuruk ini dijadikan sebagai bagian dari rute pawai atau karnaval even tertentu Kerajaan Belanda, antara lain hari ulang tahun Ratu Wilhelmina. BKB, yang mulai difungsikan secara resmi pada Senin, 23 Sya?ban 1211 H (21 Februari 1797 M), ini dibangun oleh Sultan Muhammad Bahauddin (1776-1803 M). Pembangunannya dimu-lai pada Ahad, 15 Jumadil Awal 1193 H (1779 M). Pembangunan benteng ter-masuk keraton baru ini merupakan kelanjutan dari gagasan Sultan Mahmud Badaruddin Jayo Wikramo atau SMB I (1724-1758 M). Pendiri Masjid Agung (pada masa itu disebut sebagai Masjid Sulton) itu adalah kakek Sultan Muhammad Bahauddin. Bangunan ini menggunakan bahan batu dan semen (batu kapur serta bubuk tumbukan kulit kerang). Konon, sebagai bahan penguat tambahan, digunakan pula putih telur dan rebusan tulang serta kulit sapi dan kerbau. Benteng berbentuk persegi empat dengan ukuran panjang 290 meter, lebar 180 meter, dan tinggi 6,60 meter-7,20 meter. Di keempat sudutnya, terdapat empat bastion (buluarti) untuk menempatkan meriam. Meriamyang terdapat di keempat sudut benteng inilah yang dipakai untuk menghalau tentara dan menghancurkan armada Belanda pada Perang Palembang I tahun 1819 (Perang Menteng) dan Perang Palembang II tahun 1819. Sesuai dengan posisinya yang dikelilingi sungai, BKB memiliki pintu empat pintu. Yaitu, pintu utama yang menghadap Sungai Musi dan tiga pintu lain, yang masing-masing menghadap Sungai Tengkuruk, Sungai Kapuran, dan Sungai Sekanak.


Setelah membaca artikel di atas, jadi tahu kan sejarahnya Benteng kuto besak yang udah jadi kebanggaan kota kita sejak zaman Belanda dulu. Udah tahu juga kan, rupanya jalan seperti jalan merdeka itu, dulunya sungai rupanya, dan jalan yang lainnya .
Udah belum kamu kesini, hayoo . . .
Aku siy uda pastinya. Kalau belum buruan gi kesana, tentunya biar bisa lihat bentengnya, ya ngak.

Semoga bermanfaat ya .

Sumber : palembang.go.id

3 komentar:

  1. kebanyakan isi blog cuma diary, tapi kamu lain daripada yang lain, blog ni ada bagusnya diusulkan ke departemen pariwisata biar bisa jadi rujukan ma orang2 bule yang mau wisata ke indonesia, khususon bagi yang mau keliling2 tanah wong kito galo....

    bagus pisan bung ! two thumb up lah pokoknya mah !

    NB : salam bwt zah rahan ya ! hehehehe....

    BalasHapus
  2. boleh juga tuh ide nya, hhee ...

    silahkan mampir ke palembang, kota ku tercinta :)

    BalasHapus